Hampir seluruh mata uang di kawasan Asia tertekan Dolar AS pada hari ini, Selasa (8/8), menyusul rilils data neraca perdagangan China yang kurang mengesankan. Data tersebut mengindikasi pelemahan yang masih berlanjut.
Data yang dirilis di sesi Asia hari ini menunjukkan bahwa ekspor dan impor China turun lebih cepat dari ekspektasi. Ekspor tahunan turun sebesar 14,5% pada periode Juli. Sementara impor turun sebesar 12,4%. Ini adalah penurunan yang terburuk sejak pandemi COVID-19 tahun 2020.
Kendala yang dihadapi oleh China, sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia dan motor utama pertumbuhan regional, berdampak pada sentimen risiko yang mendorong investor beralih ke “safe haven” Dolar AS.
Yuan offshore jatuh ke level terendah 2-1/2 minggu di 7,2334 terhadap USD, sementara Yuan onshore juga mencapai level terendah lebih dari dua minggu di 7,2223 terhadap USD.
Dolar Australia juga terkena imbasnya, melorot tajam lebih dari 0.70% terhadap Dolar AS. Pasalnya, China merupakan pasar ekspor utama bagi komoditas Australia.
Sementara itu, hingga pukul 15:55 WIB pada hari ini, Indeks Dolar AS yang mewakili kekuatan USD terhadap beberapa mata uang utama lainnya, terpantau menguat 0.23% di level 102.31.
Leave a Reply