Greenback masih bertahan menguat versus major currencies di awal perdagangan sesi New York hari ini, Kamis (11/5), setelah rilis data PPI dan Jobless Claims. Dolar sementara ini mendapatkan dukungan dari ketidakpastian plafon hutang pemerintah AS yang kemudian mendorong pasar untuk menghindari aset berisiko (risk aversion).
Hal tersebut terutama setelah Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, memperingatkan tentang potensi kerusakan ekonomi global yang akan dipicu oleh gagal bayar (default) apabila RUU tentang batas hutang pemerintah tidak disetujui oleh kongres AS.
Hingga pukul 20:33 WIB, Indeks Dolar AS yang mewakili kekuatan USD terhadap beberapa mata uang utama lainnya terpantau menguat 0.50 persen di kisaran level 101.92.

Data dari AS yang dirilis hari ini menunjukkan bahwa Producer Price Index (PPI) secara bulanan (month-over-month/mom) naik dari sebelumnya 0% ke 0.2% mom, sesuai ekspektasi. Core PPI naik dari -0.4% mom ke 0.2% mom, di bawah ekspektasi 0.3% mom.
PPI secara tahunan (year-over-year/yoy) melambat dari 2.7% yoy ke 2.3% yoy, di atas ekspektasi 1.4% yoy. Sedangkan Core PPI melambat dari 3.4% yoy ke 3.2% yoy, di atas ekspektasi 2.7% yoy.
Data lainnya dari AS menunjukkan bahwa Jobless Claims atau klaim tunjangan pengangguran untuk periode pekan yang berakhir Mei, mencatatkan peningkatan jumlah klaim dari 242K ke 264K, di atas ekspektasi untuk klaim pengangguran sebanyak 245K.
Sebelumnya, dari Inggris, Bank of England (BoE/bank sentral Inggris) hari ini memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin. Sehingga, suku bunga sekarang naik menjadi 4,50%. Ini merupakan level yang tertinggi sejak 2008.
Kenaikan tersebut, yang secara luas sesuai dengan ekspektasi pasar, didukung oleh tujuh dari sembilan anggota Komite Kebijakan Moneter, sementara dua orang memilih untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah.
Seperti banyak bank sentral lainnya di negara-negara besar, BoE telah memulai kampanye pengetatan moneter yang bertujuan untuk menurunkan inflasi yang sangat tinggi.
Leave a Reply