Analis BofA (Bank of America) mencatat bahwa meskipun nilai dolar AS (USD) telah melemah cukup besar tahun ini, secara umum nilainya masih sedikit terlalu tinggi (overvalued) jika dilihat dari berbagai ukuran valuasi.
Namun, karena pergerakan menuju nilai wajarnya terjadi sangat cepat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak biasa, kemungkinan salah harga (misvaluasi) tidak akan terlalu penting lagi dalam pandangan ke depan terhadap USD.
Poin-Poin Utama
- Misvaluasi yang Persisten: Biasanya, nilai tukar mata uang yang salah bisa bertahan selama bertahun-tahun, tapi USD sudah mendekati nilai wajarnya dengan sangat cepat.
- Pengaruh yang Tidak Biasa: Perubahan ini bukan disebabkan oleh faktor ekonomi yang biasa, tetapi oleh kebijakan fiskal Jerman, dinamika perang dagang AS, dan menurunnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga di AS.
Pandangan Dasar
- Pandangan utama Bank of America terhadap mata uang negara-negara G10 berfokus pada risiko stagflasi (gabungan inflasi dan pertumbuhan lambat), pemangkasan suku bunga oleh The Fed (bank sentral AS), dan kekhawatiran tentang independensi The Fed.
- Isu-isu ini masih menjadi faktor utama yang memperlemah USD hingga tahun depan.
Peran Valuasi yang Berubah
Karena USD tidak lagi terlalu mahal seperti sebelumnya, faktor valuasi akan menjadi kurang penting dalam pergerakan nilai tukar. Sebaliknya, kebijakan ekonomi dan risiko politik akan lebih dominan.
Kesimpulan
BofA melihat bahwa USD masih sedikit overvalued, namun faktor-faktor yang mendorong pelemahan selanjutnya akan lebih banyak berasal dari isu struktural, antara lain risiko stagflasi, pelonggaran kebijakan The Fed, dan turunnya kepercayaan terhadap institusi AS. Dalam jangka menengah, USD diperkirakan akan terus melemah secara bertahap terhadap mata uang negara-negara G10.
Leave a Reply