Indikator Moving Average – Bagian Pertama

Halo bro n sis tementrading, pada artikel kali ini kita akan mengulas tentang indikator sudah sangat umum dipakai trader, mulai dari yang profesional sampai pemula. Indikator ini sederhana, mudah diimplementasi, serta tersedia pada semua platform perdagangan mata uang (forex trading), yakni MOVING AVERAGE.

Dari namanya saja kita mungkin sudah langsung paham, ini adalah indikator yang menggambarkan pergerakan rata-rata. Pergerakan rata-rata ini dihubungkan dengan garis yang kemudian menjadi kurva yang akan terus bergerak mengikuti perjalanan harga. Karena sifatnya yang didasarkan pada harga yang telah terjadi sebelumnya, maka indikator ini disebut sebagai lagging indicator.

Semakin besar time frame (kerangka waktu) yang digunakan, semakin besar pula lag atau keterlambatan yang tergambar pada sebuah chart. Misalnya, kita sedang mengamati chart atau grafik time frame H1, maka MA 200 (pergerakan rerata 200 jam) akan memiliki lag yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan MA 100 (pergerakan rata-rata 100 jam). Begitu pula, MA 100 akan memiliki lag yang lebih besar ketimbang MA 50.

Ada 3 jenis MA yang tersedia dalam platform perdagangan forex, yaitu:

  • Simple Moving Average (SMA)
  • Exponential Moving Average (EMA)
  • Weighted Moving Average (WMA)

Nah, setiap jenis MA tersebut punya formula atau rumus matematis. Silakan cari sendiri di internet yah 😋 Rumusnya bikin pening kepala 🙄

Sekarang kita akan membahas hal yang kadang jadi perdebatan seru di kalangan trader, tentang mana yang lebih baik atau efektif? SMA, EMA atau WMA?

Banyak trader yang beranggapan, EMA adalah indikator tren yang lebih baik ketimbang WMA atau SMA. EMA dinilai lebih responsif terhadap perubahan tren, karena menggunakan exponentially weighted multiplier untuk memberi bobot lebih pada harga terkini.

Sementara, smoothing yang lebih mendasar yang diberikan oleh SMA dapat membuatnya lebih efektif untuk menemukan area support dan resistance dinamis, secara lebih sederhana pada grafik.

Bagaimana dengan WMA? Fungsi EMA dan WMA serupa, lebih bergantung pada harga terbaru dan menempatkan nilai lebih rendah pada harga lama. Trader menggunakan EMA dan WMA daripada SMA jika mereka khawatir bahwa efek keterlambatan data dapat mengurangi daya tanggap rata-rata pergerakan harga.

Namun, umumnya trader sepakat bahwa semua jenis MA memiliki kelemahan signifikan karena mereka adalah indikator lagging yang didasarkan pada data sebelumnya. Kelemahan itu adalah: MA akan mengalami jeda sebelum menunjukkan indikasi perubahan tren.

Untuk menjelaskan tentang perbedaan bentuk kurva SMA, EMA dan WMA, mari kita simak ilustrasi di bawah ini:

Nah, dari gambar di atas ☝🙄 silakan menilai sendiri, atau bereksperimen sendiri, mana yang kira-kira lebih responsif terhadap pergerakan harga? SMA, EMA, atau WMA?


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *