Analis Bank of America (BofA) mencermati aksi jual jangka pendek USD setelah pertemuan FOMC bulan Maret, menyusul beberapa indikator dovish dari The Fed. Tapi kemudian segera berbalik menguat setelah sinyal dovish dari bank sentral negara-negara G10 lainnya, seperti pemangkasan suku bunga Swiss National Bank (SNB), statement dovish BoJ setelah menaikkan suku bunga, serta sinyal dovish Bank of England (BoE).
Ini justru membebani mata uang mereka masing-masing dan membuat USD menjadi relatif lebih kuat karena ekspektasi penurunan suku bunga di antara bank sentral G10.
Beberapa poin penting:
Pertemuan Fed bulan Maret: Aksi jual awal USD dipicu oleh dot plot 2024 yang tidak berubah meskipun perkiraan pertumbuhan dan inflasi lebih tinggi. Toleransi The Fed terhadap data inflasi baru-baru ini, dan pasar tenaga kerja yang kuat pada dasarnya tidak menghalangi potensi penurunan suku bunga.
Tanggapan Bank Sentral G10: Sikap dovish berikutnya dari bank sentral lain, termasuk penurunan suku bunga SNB dan kenaikan suku bunga BoJ yang hati-hati, kontras dengan posisi The Fed, sehingga hal ini berdampak pada mata uang mereka.
Konvergensi Penurunan Suku Bunga: Ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni di beberapa bank sentral G10 semakin mendekati ekspektasi The Fed, sehingga menjaga perbedaan suku bunga yang menguntungkan USD.
Peran Data Inflasi: Data inflasi mendatang akan menjadi sangat penting dalam menentukan pergerakan di pasar mata uang dan bisa mempengaruhi kebijakan bank sentral ke depan.
Pemulihan USD yang cepat pasca FOMC pada bulan Maret menggarisbawahi pengaruh lanskap bank sentral global terhadap pasar mata uang. Ketika bank sentral G10 mengadopsi nada dovish, konvergensi ekspektasi penurunan suku bunga turut berkontribusi menopang USD. Fokus pada data inflasi yang akan datang di negara-negara ini akan sangat penting dalam menentukan keputusan suku bunga dan tren nilai tukar.
Leave a Reply