Indeks Dolar AS (DXY) menguat pasca NFP, meski kemudian penguatannya terkikis. Imbal hasil (yield) Treasury AS juga terpantau bergerak naik. Tapi, mengapa harga emas di pasar spot malah melanjutkan reli setelah sempat terkoreksi?
Trader emas tampaknya tidak peduli dengan perkembangan tersebut. Emas bahkan naik mencetak rekor terbaru, setelah menyentuh area 2225/2229.
Sejumlah analis Barat berpendapat, bahwa ekspektasi penurunan suku bunga The Fed di bulan Juni tahun ini rupanya masih lebih mengemuka ketimbang data ekonomi sesaat. NFP misalnya. Ini juga seiring dengan kondisi krisis geopolitik Timur Tengah yang makin membara, setelah Israel dikabarkan menyerang kedubes Iran di Suriah.
Apakah cuma 2 faktor itu saja? Ternyata tidak. Ada faktor lain yang juga dicermati investor secara ketat. Yaitu, berlanjutnya pembelian emas (fisik) dengan volume yang masif oleh 3 bank sentral. Yakni, bank sentral China, Turkiye dan India.
Meskipun, data yang tersedia (untuk umum) hingga Februari 2024 menunjukkan, bahwa 3 bank sentral itu menunjukkan adanya perlambatan (pembelian) yang signifikan.
Adapun, pada bulan Januari 2024, ketiga bank sentral itu melanjutkan pembelian (tahun lalu) dengan kecepatan yang tinggi. Dimana, bank sentral China berada paling depan.
Apakah pembelian bank sentral secara keseluruhan meningkat selama bulan Maret, ketika logam mulia meroket? Ini akan dikonfirmasi dalam beberapa hari pertama bulan Mei.
Lantas bagaimana ke depannya? Apakah masih akan melanjutkan reli? Sebagian analis meyakini, dengan prospek penurunan suku bunga The Fed, meningkatnya permintaan emas (fisik) dari bank sentral China, dan ketidakpastian krisis Timur Tengah, faktor-faktor tersebut masih akan mendukung reli emas.
Jika tidak ada pergeseran dari faktor-faktor tersebut, beberapa analis bahkan meyakini (dalam jangka panjang) emas masih akan bergerak naik mendekati level 2500 hingga akhir tahun ini.
=== Dihimpun dari berbagai sumber ===
Leave a Reply