Seperti yang diperkirakan secara luas, bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 0,25%. Namun, ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan perlunya kehati-hatian ke depan. Pernyataan ini mengejutkan pasar. Termasuk, pasar saham.
Komentar Powell itu memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS dan mendongkrak USD di pasar mata uang. Investor juga merevisi ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga The Fed di tahun mendatang.
Janji kebijakan Presiden-terpilih Donald Trump, seperti tarif impor yang lebih tinggi, pemotongan pajak, dan kebijakan imigrasi yang lebih ketat, memengaruhi proyeksi ekonomi The Fed.
Powell mengakui bahwa para pembuat kebijakan telah mulai memasukkan efek awal dari kebijakan Trump ke dalam perhitungan mereka.
Proyeksi baru The Fed menunjukkan bahwa inflasi inti yang diukur dengan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (core PCE) diperkirakan tetap berada di angka 2,5% hingga 2025. Angka ini lebih rendah dari tahun ini (2,8%) tetapi masih lebih tinggi di atas target Fed sebesar 2%.
Powell juga menambahkan bahwa tarif dan kebijakan ekonomi Trump dapat memengaruhi inflasi, meskipun efeknya masih sulit diprediksi.
Sehingga, The Fed memperkirakan hanya akan melakukan dua kali pemotongan suku bunga sebesar 0,25% hingga akhir 2025.
Proyeksi ini turun dari tiga pemotongan yang diprediksi pada September. Tingkat suku bunga terminal diperkirakan mencapai 3,1% pada 2027, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,9%.
Leave a Reply