Analis BofA (Bank of America) mengatakan bahwa konflik Timur Tengah yang masih sedang berlangsung berpotensi menimbulkan risiko bagi pasar keuangan ASEAN.
Lonjakan volatilitas awal yang dipicu oleh saling serang antara Israel dan Iran kemungkinan dapat menyebabkan investor mengurangi dan melepas posisi beli (mata uang negara-negara ASEAN) di pasar mata uang.
Pasar valuta asing rentan terhadap tiga faktor utama. Antara lain: peningkatan permintaan dolar AS sebagai aset safe-haven, dampak perdagangan negatif dari pergerakan harga minyak, dan arus keluar yang didorong oleh penghindaran risiko.
Dampak fluktuasi harga minyak bervariasi secara signifikan di seluruh ekonomi ASEAN. Peso Filipina paling rentan terhadap efek negatif. Sementara, ringgit Malaysia relatif terisolasi karena posisinya sebagai eksportir minyak dan gas.
Mata uang yang terkait dengan defisit transaksi berjalan, khususnya peso Filipina, menunjukkan kerentanan yang lebih besar terhadap perubahan perdagangan yang tidak menguntungkan akibat pergerakan harga minyak.
Sedangkan, surplus perdagangan gas alam Malaysia memberikan perlindungan terhadap guncangan harga minyak. Namun, BofA memperingatkan bahwa keuntungan ini telah berkurang dan mungkin tidak sepenuhnya bisa mengimbangi faktor negatif lainnya, termasuk dari penguatan dolar AS.
Leave a Reply