Seperti diketahui, emas terkoreksi tajam lebih dari 5% pada perdagangan Selasa (21/10), menyusul aksi profit taking dengan volume yang masif. Ini adalah penurunan harian yang terdalam sejak 2020 lalu.
Analis MUFG (Mitsubishi UFJ Financial Group, Inc.) menilai bahwa penurunan tajam harga emas ini disebabkan oleh posisi perdagangan yang terlalu berlebihan dan melemahnya faktor pendukung utama.
MUFG memperingatkan bahwa koreksi harga ini bisa berlanjut karena banyak investor yang melakukan aksi ambil untung di tengah ketidakpastian pasar yang meningkat.
Poin-Poin Utama
Kenaikan berlebihan:
Harga emas sebelumnya naik terlalu tinggi. Pergeseran alasan pembelian – dari pelindung inflasi menjadi investasi karena tarif dan risiko geopolitik – menunjukkan bahwa kenaikan tersebut lebih didorong oleh spekulasi.
Pelepasan posisi:
Lonjakan harga emas yang didorong oleh rasa takut tertinggal (FOMO) membuat banyak investor menumpuk emas. Penurunan harga sekarang mencerminkan aksi ambil untung di tengah kekhawatiran baru soal kredit dan meningkatnya minat terhadap aset berisiko.
Permintaan bank sentral:
Pembelian emas oleh bank-bank sentral besar – terutama China (sekitar USD 300 miliar dalam cadangan emas) – menjadi penopang utama harga. Jika permintaan ini melambat, tekanan penurunan harga emas juga bisa makin besar.
Perbandingan sejarah:
MUFG mencatat bahwa kenaikan harga emas sebelumnya (tahun 2005/2008 dan 2018/2020) diikuti koreksi sebesar 20% sampai dengan 25%, yang sering terjadi bersamaan dengan penguatan dolar AS.
Prospek ke depan:
Karena harga emas sudah naik dua kali lipat sejak awal 2024, MUFG memperkirakan koreksi masih akan berlanjut, meskipun kemungkinan tidak akan separah penurunan yang terjadi saat krisis besar sebelumnya.
Kesimpulan
MUFG melihat penurunan harga emas saat ini sebagai koreksi yang wajar setelah kenaikan berlebihan. Namun, penurunan bisa berlanjut jika permintaan dari bank sentral melemah dan dolar AS tetap kuat.


Leave a Reply