Mata uang yen merosot ke level terendah sejak 1986, setelah USD/JPY naik menyentuh 160.39. Tapi hal ini juga meningkatkan kewaspadaan investor pada intervensi dari otoritas Jepang yang mungkin saja bisa terjadi.
Analis Argentex, Joe Tuckey, mengatakan bahwa traders sedang menguji tekad Kementerian Keuangan dan bank sentral Jepang, yang sudah menghabiskan $62 miliar pada akhir April dan awal Mei untuk menopang mata uang tersebut ketika jatuh melewati 160.
“Kecuali jika dinamika yang mendasarinya berubah dengan adanya perbedaan imbal hasil (yang menyempit), mata uang yen Jepang akan terus tertekan,” ujar Tuckey menambahkan.
Apa yang disebut strategi carry trade, di mana investor meminjam dalam mata uang berimbal hasil rendah untuk berinvestasi dalam mata uang berimbal hasil lebih tinggi, telah menjadi sangat populer karena beberapa negara telah menaikkan suku bunga dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun bank sentral Jepang tahun ini telah menaikkan suku bunga ke kisaran nol hingga 0,1%, tapi suku bunga bank sentral AS masih berada di kisaran 5,25% hingga 5,5%.
Hal ini masih menjadi pendorong investor untuk berbondong-bondong mencari keuntungan yang lebih tinggi atas aset dolar, yang mendongkrak penguatan USD terhadap JPY.
Leave a Reply