Dolar AS terpantau bertahan melemah di awal perdagangan sesi New York hari ini, Senin (15/5), tapi masih tidak jauh dari level tertinggi lima pekan, di tengah kekhawatiran investor terhadap inflasi yang masih tinggi.
Hingga pukul 20:45 WIB, Indeks Dolar AS yang mewakili kekuatan USD terhadap enam mata uang utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF) tercatat melemah 0.21% di kisaran level 102.48.
Adapun, pada penutupan perdagangan Jumat (12/5), Indeks Dolar ditutup menguat tajam 0.63% ke posisi 102.70.
Grafik Daily menunjukkan, meskipun hari ini terkoreksi, Indeks Dolar masih menyimpan risiko bullish dalam jangka pendek. Ini karena indikator RSI yang masih berada di teritori positif.
Gubernur Fed, Michelle Bowman, mengatakan pada Jumat bahwa bank sentral AS kemungkinan masih perlu menaikkan suku bunga apabila inflasi tetap tinggi. Pernyataannya tersebut menyebabkan investor kembali mengkhawatirkan dampaknya, yakni kenaikan suku bunga tambahan pada rapat/pertemuan bulan depan.
“Jika inflasi masih tinggi dan pasar tenaga kerja AS tetap solid, maka pengetatan kebijakan moneter tambahan kemungkinan akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat guna meredam inflasi,” ujar Bowman.
Sementara itu, Federal Reserve New York melaporkan hasil survei terbaru pada hari ini, bahwa aktivitas manufaktur (di negara bagian New York) turun tajam di bulan Mei, dari sebelumnya 10.8 ke level -31.8, jauh lebih kecil dari ekspektasi -3.7.
Leave a Reply