Rupiah merosot tajam di akhir pekan, Jumat (19/5). Padahal, mayoritas mata uang di kawasan Asia justru cenderung menguat di hadapan Dolar AS, meski dibayangi ekspektasi bahwa Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Juni 2023.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terdepresiasi 61,5 poin atau 0,41% ke level Rp 14.930 per Dolar AS. Ini membuat rupiah menjadi mata uang yang terlemah di Asia.
Hingga pukul 15.00 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan terbesar setelah ditutup melonjak 0,56%. Disusul, dolar Taiwan yang menguat 0,44%. Kemudian, yen Jepang dan peso Filipina sama-sama terapresiasi 0,4%. Berikutnya, yuan China menguat 0,22%. Dolar Hongkong naik 0,19%. Diikuti, dolar Singapura yang menguat 0,07% terhadap Dolar AS.
Sementara itu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbanding terbalik dengan rupiah. IHSG berhasil rebound lumayan tajam setelah mengalami penurunan tiga hari beruntun pekan ini (tidak termasuk Kamis karena tanggal merah dalam rangka hari raya Waisak).
IHSG menguat 37,45 poin atau 0,56% ke level 6.700,56 pada akhir perdagangan, ditopang kenaikan enam indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sektor yang naik paling tinggi adalah sektor keuangan, yakni melesat 1,14%. Sektor properti dan real estat melaju 0,97%. Berikutnya, sektor teknologi menguat 0,89%.
Total volume transaksi di BEI mencapai 20,20 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 10,32 triliun. Sebanyak 323 saham melemah, 214 menguat dan 213 saham stagnan.
Top gainers LQ45 hari ini:
- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) 6,88%
- PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) 5,47%
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 3,85%
Top losers LQ45 hari ini:
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) -6,08%
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) -5,96%
- PT Indika Energy Tbk (INDY) -5,58%
Leave a Reply